KataKata Kutipan Bijak Islami. 1. "Yang paling dianggap ringan di dunia ini adalah meninggalkan salat." - Imam Ghazali. 2. "Barangsiapa yang waktunya berjalan untuk Allah dan bersama Allah, maka itulah sebenarnya kehidupan dan umurnya." - Ibnu Qayyim. 3. "Waktu malam itu panjang, maka janganlah engkau memendekkannya dengan tidurmu. Jugauntuk mengetahui, ketika kadar ADH meningkat apa yang terjadi pada urin? Hormon antidiuretik ( ADH ) adalah zat kimia yang diproduksi di otak yang menyebabkan ginjal melepaskan lebih sedikit air, sehingga mengurangi jumlah urin yang diproduksi. Tingkat ADH yang tinggi menyebabkan tubuh memproduksi lebih sedikit urin . Jawaban Maka Orang Yang Sudah Melakukan Kewajiban . Akan Merasa Tidak. Di Hargai Dan Hak Nya Tidak Seimbang. Ini Jawaban Tervertifikasi Ahli Ketikaminum kopi, mengobrol, kondisi stress, atau sedang berpikir keras, rokok menjadi andalan dengan alasan dapat membuat pikiran lebih tenang. Para perokok biasanya berkumpul bersama. Perhatikan saja di gedung-gedung perkantoran, dijam-jam tertentu, mereka seolah janjian untuk break merokok. Entah apa yang dibicarakan sambil merokok itu. TalakBagian 1 (Hukum Talak) Semua yang terjadi dalam perjalanan hidup seorang manusia merupakan kehendak Rabbnya Yang Maha Agung. Seorang manusia tidak akan selamanya merasa bahagia dan juga tidak akan selamanya menanggung nestapa. Dari semua perputaran kejadian yang kita temui pada setiap episode kehidupan membawa Ilustrasi BATAM – Mencari pembenaran diri, seperti yang dijabarkan sebelumnya, adalah sebagai bentuk atau cara seseorang dalam melindungi dirinya dari rasa bersalah, depresi dan tersudut dengan cara memutar balikkan fakta, atau biasa disebut sebagai mekanisme pertahanan diri. Banyak kebohongan-kebohongan, pemaksaan pendapat dengan cara-cara Sepertidiketahui, banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dari olahraga, dan semuanya bisa dimasukkan dalam 1 kata besar, yaitu kesehatan. Yaaa, manfaat akhir yang pasti dirasakan dari rajin berolahraga adalah kesehatan kita. Telah banyak penelitian, artikel, atau pernyataan ahli yang menjelaskan manfaat olahraga bagi kehidupan manusia. HKBPYogyakarta, Khotbah Minggu Okuli, 20 Maret 2022. BERTOBAT SUPAYA TIDAK BINASA. Lukas 13 : 1 - 9 Selamat hari dan salam sehat buat Parhalado, Jemaat, Alumni, Pemerhati dan para Pecinta HKBP Yogjakarta, para Mahasiswa/i yang mempersiapkan sesuatu yang indah di kota Yogjakarta ini, kiranya damai sejahtera dan belaskasih dari Tuhan kita Definisi: -- v (verb) -- 1) to turn, turn around 2) to turn one's self (i.e. to turn the back to one 2a) of one who no longer cares for another) 2b) metaph. to turn one's self from one's course of conduct, i.e. to change one's mind. Dalam TB : berpaling 7, berpalinglah 3, berilah 1, berbalik 1, Sambil berpaling 1, ia berbalik 1, ia menoleh 1 Yangmanis berubah menjadi pahit. Di saat seperti itulah kita diingatkan bahwa berkat dan kebaikan Tuhan adalah sarana untuk menggenapi rencana Tuhan. Jadi, tatkala Tuhan melimpahkan berkat dan kebaikan-Nya kepada kita, terimalah dan bersyukurlah. Namun jangan genggam erat-erat apapun yang Tuhan berikan kepada kita. y0aVj. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kita mempunyai satu pemahaman yang sama, bahwa saat Tuhan mengizinkan masalah terjadi pada kehidupan seseorang. Salah satu alasannya adalah agar orang tersebut bertobat. Tetapi pertanyaan, apakah sebuah bencana atau masalah pasti membuat seseorang bertobat? Harusnya bertobat, bukan? Karena dalam bayangan kita, di mana saat orang yang sudah tidak berdaya, berada diujung tanduk kematian harusnya tidak ada pilihan lain, selain dia bertobat dan kembali kepada Tuhan. Akan tetapi, realitanya tidak semua masalah, bencana membawa manusia kepada pertobatan. Ada yang bukannya bertobat, malahan semakin keras hati. Ada seorang bapak yang sakit parah. Lalu saya meminta dia untuk bertobat. Hasilnya dia marah-marah dan tetap mengeraskan hati untuk tidak mau bertobat. Padahal nafasnya sudah sesak. Dia tetap meneruskan kebiasaan minum arak dan mabuk-mabukkan. Dia tidak takut kepada penyakit dan tidak takut mati. Malahan berkata, mati ya sudah, ngapaian takut mati, kapanpun juga mati. Bahkan menyalahkan Tuhan. Jika ada Tuhan, mengapa Tuhan tidak menolong saya? Sepertinya semua salah itulah, yang dilakukan oleh bangsa Israel. Sekalipun Tuhan sudah menghukum Korah, Datan dan Abiram dengan membuat tanah tempat mereka berdiri, terbelah menjadi dua hingga mereka terkubur hidup-hidup Bil. 1631-32. Harusnya orang-orang yang melihat kejadian tersebut segera tertobat, tetapi mereka tidak bertobat justru menyalahkan Musa. "Tetapi pada keesokan harinya bersungut-sungutlah segenap umat Israel kepada Musa dan Harun, kata mereka "Kamu telah membunuh umat Tuhan. Ketika umat itu berkumpul melawan Musa dan Harun, dan mereka kamu telah membunuh umat Tuhan." Ketika umat itu berkumpul melawan Musa dan Harun...Bil. 1641-42a."Mengapa manusia saat sudah berada dalam bencana dan masalah tetap tidak mau bertobat? kalau pertanyaan kita dikaitkan dengan Pandemi kali ini, Mengapa mereka tidak bertobat, padahal wabah sudah bersifat global? Jawabannya karena kita tidak yang ingin saya katakan? Sebenarnya bukan mereka yang harus bertobat, tetapi kita yang harus bertobat. Jika kita bertobat pasti kita akan tahu mereka sudah bertobat. 1 2 3 4 Lihat Humaniora Selengkapnya Pertanyaan Jawaban Banyak orang memahami istilah “pertobatan” berarti “berbalik dari dosa.” Ini bukanlah definisi Alkitab mengenai pertobatan. Dalam Alkitab, kata “bertobat” berarti “berubah pikiran.” Alkitab juga memberitahu kita bahwa pertobatan yang sejati akan menghasilkan perubahan tindakan Lukas 38-14, Kisah Para Rasul 319. Kisah Para Rasul 2620 menyatakan, “Tetapi mula-mula aku memberitakan bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu.” Definisi pertobatan yang alkitabiah adalah perubahan pikiran yang menghasilkan perubahan tingkah laku. Kalau demikian, apa hubungan antara pertobatan dan keselamatan? Kitab Kisah Para Rasul nampaknya secara khusus memusatkan perhatian pada pertobatan dalam hubungannya dengan keselamatan Kisah Para Rasul 238, 319; 1118; 1730; 2021; 2620. Bertobat, dalam kaitannya dengan keselamatan, itu merubah pikiran Anda dalam hubungannya dengan Yesus Kristus. Dalam khotbah Petrus pada hari Pentakosta Kisah Para Rasul 2 dia mengakhirinya dengan panggilan agar orang-orang bertobat Kisah Para Rasul 238. Bertobat dari apa? Petrus memanggil orang-orang yang menolak Yesus Kristus Kisah 236 untuk mengubah pikiran mereka mengenai Dia, untuk mengakui bahwa Dia sungguh-sungguh adalah “Tuhan dan Kristus” Kisah 236. Petrus memanggil orang-orang untuk mengubah pikiran mereka dari menolak Kristus sebagai Mesias, menjadi beriman kepadaNya sebagai Mesias dan Juruselamat. Pertobatan dan iman dapat dipahami sebagai “dua sisi dari koin yang sama.” Tidak mungkin beriman kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat tanpa terlebih dahulu mengubah pikiran Anda mengenai siapa Dia dan apa yang telah Dia lakukan. Apakah ini adalah pertobatan dari penolakan secara sengaja, atau pertobatan dari ketidakacuhan atau ketidaktertarikan – itu adalah perubahan pikiran. Pertobatan yang alkitabiah, dalam hubungannya dengan keselamatan, adalah merubah pikiran Saudara dari yang tadinya menolak Kristus menjadi beriman kepada Kristus. Penting untuk memahami bahwa pertobatan bukanlah hasil perbuatan kita demi mendapatkan keselamatan. Tidak seorang pun dapat bertobat dan datang kepada Allah, kecuali Allah sendiri yang menarik orang tersebut. Kisah Para Rasul 531 dan 1118 mengindikasikan bahwa pertobatan adalah pemberian Allah – yang dimungkinkan semata-mata karena anugerahNya. Tidak ada seorang pun yang dapat bertobat kecuali kalau Allah menganugerahkan pertobatan. Segala sesuatu yang bersangkutan dengan keselamatan, termasuk pertobatan dan iman, itu hasil karya Allah dalam menarik kita, membuka mata kita, dan mengubah hati kita. Panjang sabar Allah menuntun kita kepada pertobatan 2 Petrus 39, demikian pula kebaikanNya Roma 24. Sekalipun pertobatan bukan perbuatan yang menghasilkan keselamatan, pertobatan yang berujung pada keselamatan pasti menghasilkan satu perbuatan. Tidak mungkin mengubah pikiran Saudara mengenai Kristus tanpa diikuti perubahan perilaku. Dalam Alkitab, pertobatan menghasilkan perubahan tingkah laku. Itu sebabnya Yohanes Pembaptis berseru agar orang-orang “menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan” Matius 38. Seseorang yang benar-benar telah bertobat, dari yang tadinya menolak Kristus menjadi beriman kepada Kristus, akan terlihat melalui hidupnya yang berubah 2 Korintus 517, Galatia 519-23, Yakobus 214-26. Pertobatan, jika didefinisikan secara tepat, itu perlu untuk keselamatan. Pertobatan yang alkitabiah adalah mengubah pikiran Saudara mengenai Yesus Kristus dan berbalik kepada Allah dalam iman untuk keselamatan Kisah 319. Berbalik dari dosa bukanlah definisi dari pertobatan, melainkan salah satu hasil pertobatan yang sejati, yang berlandaskan iman yang menuntun kepada Tuhan Yesus Kristus. English Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia Apa itu pertobatan dan mengapa itu diperlukan untuk keselamatan? Menjadi manusia sempurna tanpa dosa atau kesalahan sedikit pun tentu sangat tidak mungkin. Bahkan dalam sebuah kalam hikmah disebutkan, “Manusia adalah tempat salah dan dosa”. Ungkapan sederhana, namun menyimpan banyak makna di dalamnya. Dengan ungkapan tersebut, manusia tidak mempunyai alasan untuk sombong dan merasa lebih baik dari orang lain, karena antara dirinya dan orang lain sama-sama pernah melakukan dosa. Manusia dengan segala keterbatasan dan kekurangannya selalu diliputi kemungkinan berbuat dosa, baik disengaja atau tidak sekalipun. Apalagi jika hawa nafsu sudah menguasai jiwanya. Ia akan menjadi mainan yang sangat gampang untuk diajak berbuat kesalahan dan kemaksiatan. Bahkan, dalam kondisi itu, ketaatan seolah tidak bernilai sama sekali dalam kehidupannya. Namun, meski manusia tidak bisa lepas dari dosa, atau bahkan dosa-dosanya sudah menumpuk, bukan berarti tidak ada lagi jalan untuk memperbaiki dirinya. Karena, betapa pun besar dan menggunung dosa seorang hamba, pintu rahmat Allah selalu terbuka. Allah memberikan manusia kesempatan untuk memperbaiki dirinya, yaitu dengan cara bertobat dari perbuatan-perbuatan yang berkonsekuensi dosa. Secara etimologi, tobat berarti kembali. Sedangkan secara terminologi, tobat berarti meninggalkan pekerjaan-pekerjaan yang hina menuju pekerjaan yang mulia. Atau jika disederhanakan, sebagaimana yang disampaikan oleh Imam al-Ghazali, yaitu menyucikan hati dari dosa. Tobat menjadi sangat penting untuk dilakukan, karena dengannya, seseorang bisa membersihkan hati dari dosa-dosa yang mengotorinya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ اَلْخَطَّائِينَ اَلتَّوَّابُونَ Artinya, “Semua anak adam manusia melakukan kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah orang yang bertobat” HR At-Tirmidzi. Cara-cara Bertobat Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Tajul Arus menjelaskan tentang dua cara bertobat yang bisa ditempuh seorang hamba, yaitu 1. Al-Muhasabah intropeksi Maksdunya, orang yang ingin betobat harus tidak lepas dari introspeksi. Caranya, selalu berpikir sepanjang umurnya, jika waktu pagi datang, maka berpikirlah perihal apa yang akan dilakukan olehnya pada malam hari. Jika menemukan pekerjaan taat, maka bersyukurlah pada Allah, dan jika menemukan pekerjaan maksiat, maka istighfarlah kepada-Nya dan segera bertobat. Tidak cukup dengan itu, ia harus mencela dirinya atas maksiat yang diperbuat. Karena, tidak ada cara paling ampuh dalam bertobat selain mencela diri sendiri ketika melakukan kesalahan. Jika tips ini dilakukan, maka Allah akan memberikan kemuliaan, sebagaimana yang disampaikan oleh Syekh Ibnu Athaillah, yaitu فان فعلت ذلك أبدلك الله بالحزن فرحا، وبالذل عزا، وبالظلمة نورا، وبالحجاب كشفا Artinya, “Jika tips di atas dilakukan, maka Allah akan menggantikan kesedihan dengan bahagia, hina dengan mulia, gelap dengan cahaya, dan kondisi terhalang dari Allah dengan terbuka mengenal Allah” Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari, Farhatun Nufus bi Syarhi Tajul Arus, [Beirut Dar al-Kutub 2015], h. 17. Tidak cukup dengan itu, seorang hamba harus merasa bahwa dirinya selalu ada dalam pengawasan Allah ﷻ. Dengannya, tidak akan melakukan pekerjaan yang berujung dosa, bahkan tidak melakukan pekerjaan dengan tujuan selain Allah ﷻ. Dosa dalam diri manusia menjadi penyebab kegelapan hati yang selalu membekas. Maksiat bagaikan api, sedangkan dosa sebagai asapnya. Jika asap api mengenai rumah, seindah apa pun rumahnya akan menjadi tidak elok dipandang dan tidak nyaman ditempati. Begitupun dengan manusia, sebersih apa pun dia dari kesalahan. Jika maksiat sudah diperbuat olehnya, dan dosa menjadi konsekuensinya, maka Allah tidak akan senang dengannya, sehingga ia akan semakin jauh dari Allah. Oleh karenanya, tidak ada cara lain selain membersihkan dosa dalam diri manusia kecuali dengan cara bertobat. 2. Al-Ittiba’ mengikuti Rasulullah Maksudnya, orang yang ingin bertobat harus tunduk patuh mengikuti Rasulullah dalam semua tindakannya, seperti pekerjaan, ucapan, dan ibadahnya. Apalah arti sebagai umat Nabi Muhammad jika semua pekerjaan yang dilakukan justru tidak sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah? Seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang tidak ada manfaatnya selama ia tunduk patuh dan mengikuti jejak langkah Rasulullah dalam kehidupannya sehari-hari. Ketentuan kedua ini begitu jelas, dalam Al-Qur’an Allah memerintahkannya, yaitu قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ Artinya, “Katakanlah Nabi Muhammad, Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” QS Ali Imran 31 Mengikuti jejak langkah yang dipraktikkan oleh Rasulullah, menunjukkan sebagai upaya menjadi bagian darinya. Berusaha menjadi bagian Rasulullah artinya berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah ﷻ. Begitupun sebaliknya, tidak mengikuti Rasulullah artinya tidak ingin menjadi bagian darinya, dan tentu juga ingin menjauh dari Allah. Naudzubillah. Penjelasan tersebut mengingatkan kita pada kisah yang terjadi beberapa abad yang lalu, tepatnya ketika peristiwa perang Khandaq, yaitu pengakuan Rasulullah pada sahabat Salman al-Farisi yang dinyatakan sebagai keluarganya. Dalam haditsnya, secara jelas Rasulullah bersabda سلمان منا أهل البيت Artinya, “Salman merupakan bagian dari kita, sebagai keluarga.” Imam Suyuthi, Jam’ul Jawami’, juz 1, h. 1334 Sebagaimana diketahui, sahabat Salman bukanlah keturunan Rasulullah, bahkan tidak termasuk dari golongan suku Quraisy. Ia hanyalah pendatang dari kota Persia untuk masuk Islam. Betapapun demikian, sikap tunduk patuh dan mengikuti semua tingkah laku Rasulullah menjadikan orang Persia itu bagian darinya, bahkan dianggap sebagai keluarganya. Jika tunduk patuh dalam mengikuti langkah Rasulullah bisa dianggap sebagai bagian darinya, tentu mereka yang tidak mengikuti tidak bisa dianggap sebagai bagiannya. Hal ini tergambar secara jelas dalam kisah Nabi Nuh alaihissalam, ketika menganggap anaknya sebagai bagian darinya. Lantas, Allah berfirman kepadanya قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ Artinya, “Dia Allah berfirman, Wahai Nuh! Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu, karena perbuatannya sungguh tidak baik.” QS Hud 46. Dua peristiwa di atas menjadi sebuah bukti bahwa tidak ada cara yang lebih baik untuk mendapatkan ampunan dari Allah ﷻ ketika bertobat selain mengikuti jejak Rasulullah. Bahkan Allah sudah menjanjikan ampunan bagi orang-orang yang taat pada Rasul-Nya sebagaimana disebutkan pada ayat di atas. Sunnatullah, santri sekaligus pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Kokop Bangkalan Jawa Timur.